Kita pernah membuat malu timnas Uruguay yang saat itu juga datang dengan kekuatan terbaik.
Timnas Uruguay datang dengan menyandang status JUARA
IV PIALA DUNIA 1970 MEKSIKO ke Jakarta adalah yang kedua setelah tahun 1974. Kembali ke April
1974, kedatangan Uruguay ke Jakarta saat itu, disebabkan AUF (PSSI-nya
Uruguay) ingin timnas Uruguay mengasah kemampuan mereka menjelang tampil
di Piala Dunia 1974 Jerman Barat dua bulan kemudian, dan mereka pun
memilih Asia Pasific sebagai salah satu tempat tujuan tour.
Terutama AUF ingin menjajal timnas Australia yang saat itu juga akan
tampil di Piala Dunia 1974 di Jerman Barat. Kubu AUF menjadwalkan 2 laga
melawan timnas Australia saat itu, dan mereka ingin 1 laga tambahan
melawan musuh yang berbobot. Atas keinginan tersebut AUF meminta saran
pada PSSI-nya Australia, awalnya AUF mengajukan kemungkinan Selandia
Baru ,Australia atau Malaysia dan Burma (kini
Myanmar) wakil Asia di Olimpiade 1972 Munchen yang juga salah satu
kekuatan Asia era itu.
Namun PSSI-nya Australia justru
menyarankan agar Uruguay melakukan uji tanding lawan timnas Indonesia
yang saat kualifikasi piala dunia 1974, satu group dengan the Socceroos.
PSSI-nya Australia beralasan selain Indonesia merupakan salah satu tim
papan atas Asia saat
itu, mereka pun menjamin kualitas tim
Indonesia. Karena mereka telah melihat sendiri kehebatan individu pemain
indonesia saat kualifikasi
group piala dunia 1974 di Sydney meskipun saat itu timnas indonesia gagal lolos.
Akhirnya uruguay memastikan untuk melakukan tour di Asia Pasific dengan
1 pertandingan melawan timnas Indonesia tanggal 19 April 1974, kemudian
melawat ke Australia untuk 2 partai melawan the Socceroos tanggal 24
dan 27 April 1974. Baru kemudian balik ke Montevideo, untuk meladeni
Republik Irlandia 8 Mei 1974. Dan, setelah itu berperang ke ajang
terbesar di Jerman Barat pada Juni 1974.
19 April 1974 PSSI
girang bukan kepalang karena di hari ultahnya kedatangan tamu istimewa
timnas Uruguay yang ingin mencoba kehebatan salah satu tim papan atas
Asia - Indonesia. Namun PSSI dipusingkan oleh mundurnya pelatih Suwardi
Arland (mantan bintang timnas dan PSM Makassar era 50 dan 60an),
beberapa hari menjelang pertandingan. Padahal Suwardi saat itu sudah
dinilai PSSI lumayan baik menangani timnas Indonesia.
Konon,
Suwardi Arland telah diikat kontrak yang cukup besar untuk menangani
klub PSBI blitar, maka PSSI menunjuk Djamiat Dalhar (mantan bintang
timnas dan Persija Jakarta era 50 dan 60an). Untuk menggantikan tempat
Suwardi Arland, PSSI pun juga dipusingkan dengan ketidakhadiran kapten
dan bintang utama timnas saat itu Iswadi Idris yang tidak diberi ijin
klubnya Sydney Western Suburb (Australia) untuk pulang memperkuat timnas
Indonesia melawan Uruguay.
Tanggal 19 april 1974, hari
pertandingan tiba, timnas Uruguay yang datang dengan kekuatan terbaik
masuk kelapangan, diiringi sorak sorai sekitar 80.000 penonton yang
memenuhi Senayan. Uruguay memulai pertandingan dengan santai, seakan
ingin menjajaki dulu kekuatan Indonesia, entah meremehkan, namun aksi
overlapping Anwar Ujang (PSMS Medan), Sutan Harhara (Persija Jakarta),
dan bahkan Nobon (PSMS Medan) dari belakang mengejutkan pertahanan Los
Celeste.
Aksi Jacob Sihasale (Persebaya) yang bagai penyeimbang
serangan di tengah makin membuat Uruguay kesulitan, apalagi Abdul Kadir
(Persebaya) dan Waskito (Persebaya) menyayat dengan tajam dari sayap,
serta aksi Risdianto (Persija Jakarta) yang lincah, makin membuat
pertahanan kokoh defender-2 Uruguay terpancing bermain sedikit beringas.
Seperti tersentak oleh kemampuan pemain-pemain indonesia, uruguay pun
mulai bermain kesetanan, berulang kali "jugador-jugador" los celeste
mengobrak abrik pertahanan "pasukan garuda", namun aksi-aksi brilian
defender-defender indonesia meredam serangan los celeste serta aksi-aksi
heroik Ronny Paslah (Persija Jakarta) dibawah mistar indonesia membuat
"delanteros-delanteros" uruguay frustasi dan mati kutu. akhirnya setelah
90 menit pertandingan dan melalui pertandingan yang seru dan
menegangkan skor di Senayan 2-1 untuk indonesia. Ribuan penonton sorak
sorai gembira. PSSI pun tersenyum karena bagai mendapat kado istimewa
untuk ultahnya yang ke-44, sementara pelatih dan pemain Uruguay cukup
geram dan malu hati dengan kekalahan ini.
rasa malu kubu
uruguay terbukti saat pimpinan rombongan dan manajer tim uruguay serta
pelatih kepala tim uruguay Roberto Porta meminta pertandingan ulang,
meskipun itu tidak ada dijadwal, rupanya uruguay geram dengan kekalahan
tersebut dan ingin membikin pembalasan, akhirnya PSSI menyetujui
keinginan kubu uruguay ini, tepatnya 2 hari kemudian 21 April 1974,
Uruguay kembali menantang indonesia di senayan, dan kali ini los celeste
bermain forced dan total untuk menaklukkan Indonesia di hadapan 100.000
suporter setianya. Bahkan bermain sedikit keras menjurus kasar, yang
tentu saja cukup dilayani pemain Indonesia yang terbiasa dengan tipikal
permainan PSMS Medan tersebut di kompetisi lokal. Kebetulan, barisan
belakang Indonesia saat itu diperkuat punggawa-punggawa 'Ayam Kinantan'
PSMS Medan - yang jagonya main keras seperti Nobon, Yuswardi dan Anwar
Ujang. Namun, dengan perjuangan berat, akhirnya Uruguay mampu melakukan
revans atas Indonesia 3 -2.
0 komentar:
Posting Komentar